1. Konsentrasi Zat Terlarut
Apakah Anda pernah membuat teh pada pagi atau sore hari? Teh bagaimana yang Anda inginkan, yang pekat atau yang encer? Bila Anda senang teh yang pekat, pasti banyak ekstrak teh yang Anda larutkan dalam pelarut air, sebaliknya bila Anda senang teh encer, hanya sedikit ekstrak teh yang Anda larutkan dalam air.Dalam pembuatan larutan di laboratorium, kita kenal istilah “konsentrasi”. Bila larutan pekat berarti konsentrasinya tinggi, dan bila larutan encer berarti larutan tersebut mempunyai konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi tinggi berarti memerlukan lebih banyak zat terlarut daripada larutan dengan konsentrasi rendah. Lebih jelasnya
perhatikan Gambar 3 untuk memvisualisasikan perbedaan larutan pekat dan larutan encer.
2. Kelarutan
Pengertian Kelarutan
Kita sering melarutkan suatu bahan untuk beberapa keperluan. Kadang-kadang ada bahan yang sukar larut dan ada juga bahan yang mudah larut. Umumnya zat terlarut larut dalam pelarut tertentu dan temperatur tertentu. Misalnya, hanya 4,74 g kalium iodat, KIO3 yang larut dalam 100 g air pada 00C. Bila kita tambahkan 4,74 g KIO3 ke dalam air pada temperatur tersebut, terdapat kelebihan jumlah KIO3 yang tidak larut. Maka dapat kita katakan bahwa kelarutan KIO3 dalam air pada 00C adalah 4,74 g per 100 g air.Dari uraian di atas, banyaknya zat terlarut maksimal yang dapat larut dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat tergantung pada suhu, volume pelarut, dan ukuran zat terlarut. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh, disebut larutan tidak jenuh. Sedangkan suatu keadaan dengan zat terlarut lebih banyak dari pada pelarut, disebut larutan lewat jenuh. Jadi , larutan yang mengandung 2 g KIO3 dalam 100 g air pada 00C adalah larutan tidak jenuh.
Perhatikan uraian berikut. Pada 1000C, kelarutan KIO3 dalam air adalah 32,3 g per 100 g air. Jika larutan yang mengandung 32,3 g KIO3 dalam 100 g air pada 1000C tersebut, kita dinginkan pada 00c, ternyata hanya 4,74 g KIO3 yang masih dalam keadaan larut, dan 27,6 g KIO3 akan membentuk kristal dalam larutan. Proses ini disebut rekristalisasi. Terbentuknya kristal zat terlarut dalam larutan, dapat terjadi bila kita menambahkan sedikit zat terlarut padat pada larutan lewat jenuh seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.
Pelarut yang sering digunakan adalah air. Hal ini disebabkan karena air merupakan zat yang mudah di dapat dan mempunyai kemampuan tinggi untuk melarutkan zat. Jika kita sedang memasak sayur, bermacammacam bumbu kita masukkan untuk mendapatkan rasa yang sedap. Rasa tersebut merupakan kombinasi rasa dari beberapa macam bumbu yang telah terlarut dalam air (kuah). Karena kemampuan yang tinggi dalam melarutkan zat, air dinamakan sebagai “pelarut universal”. Di dalam tubuh kita pun air melarutkan makanan sehingga mudah dicerna. Apakah semua zat melarut sama baiknya di dalam air? Untuk menjawab pertanyaan ini, coba perhatikan Tabel 2 berikut.
Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat diungkapkan bahwa kelarutan berbagai macam zat dalam air tidak sama. Bandingkan kelarutan gula dan garam dalam air. Mana yang lebih mudah melarut? Mengapa kelarutan zat berbeda-beda? Faktor-faktor apa yang mempengaruhinya? Perhatikan Gambar 5, Anda pasti akan menemukan jawabannya. Selain suhu, faktor Larutan Asam dan Basa, faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pengadukan (Gambar 5a), dan ukuran zat terlarut (luas permukaan sentuhan zat terlarut) (Gb. 5b).
0 komentar:
Post a Comment